Bismillah...
"I always knew looking back on the tears would make me laugh, but i never knew looking back on the laught would make me cry" -Tumbler-
Saya masih terperangkap dalam beberapa kenangan. Salah satu tentangnya, dia yang datang beberapa tahun silam.
Tapi sekarang hatinya tidak disini, Ia sudah menemukan rumah baru untuk hatinya.
Rumah yang nyaman tentunya, rumah yang penuh dengan cinta, tidak seperti yang ada padaku. Disana dia menemukan kesejukan yang tidak ia temukan padaku.
Selama beberapa bulan, saya sempat melupakannya. Sampai akhirnya saya membuka diary lama dan menemukan namanya disana, nama yang sengaja kuberi berbagai macam warna-to show my felling about him-. Di bulan-bulan selanjutnya, dia membuatku marah besar. Benar-benar marah. Tidak pernah saya semarah itu padanya semenjak kami putus. Dia berbohong. Sudah saya katakan berulang kali padanya bahwa saya akan ikhlas dengan semua perkembangan darinya, tapi tetap saja dia tidak mau mengakui bahwa dia telah berdua. Apa maksudnya itu?
Kamu pikir dengan berbohong seperti itu akan membuat hatiku tenang? Dengan siapapun kamu sekarang saya tidak perduli, saya cuma mau kau mengakui keberadaan gads itu. That's it.
Semenjak itu, saya memblokir semua jejaring sosial yang terhubung dengannya. Saya terlalu marah sampai tidak mau tahu lagi apa alasannya.
Belakangan ini, saya kembali mencari tahu tentangnya. Ternyata semarah apapun saya padanya, waktu masih menjadi obat yang ampuh untuk meredam kemarahanku. Setelah beberapa hari mencari, untunglah namanya masih ada disana. Disalah satu jejaring sosial tempatku bermain. Dan kau tahu, saya menemukan ini:
Kau telah berjalan jauh dariku, terlalu jauh untuk kugapai kembali. Tak apalah, karna kau memang telah menjadi satu dari sekian besar kenangan dimasa indah.
"I always knew looking back on the tears would make me laugh, but i never knew looking back on the laught would make me cry" -Tumbler-
Saya masih terperangkap dalam beberapa kenangan. Salah satu tentangnya, dia yang datang beberapa tahun silam.
Tapi sekarang hatinya tidak disini, Ia sudah menemukan rumah baru untuk hatinya.
Rumah yang nyaman tentunya, rumah yang penuh dengan cinta, tidak seperti yang ada padaku. Disana dia menemukan kesejukan yang tidak ia temukan padaku.
Selama beberapa bulan, saya sempat melupakannya. Sampai akhirnya saya membuka diary lama dan menemukan namanya disana, nama yang sengaja kuberi berbagai macam warna-to show my felling about him-. Di bulan-bulan selanjutnya, dia membuatku marah besar. Benar-benar marah. Tidak pernah saya semarah itu padanya semenjak kami putus. Dia berbohong. Sudah saya katakan berulang kali padanya bahwa saya akan ikhlas dengan semua perkembangan darinya, tapi tetap saja dia tidak mau mengakui bahwa dia telah berdua. Apa maksudnya itu?
Kamu pikir dengan berbohong seperti itu akan membuat hatiku tenang? Dengan siapapun kamu sekarang saya tidak perduli, saya cuma mau kau mengakui keberadaan gads itu. That's it.
Semenjak itu, saya memblokir semua jejaring sosial yang terhubung dengannya. Saya terlalu marah sampai tidak mau tahu lagi apa alasannya.
Belakangan ini, saya kembali mencari tahu tentangnya. Ternyata semarah apapun saya padanya, waktu masih menjadi obat yang ampuh untuk meredam kemarahanku. Setelah beberapa hari mencari, untunglah namanya masih ada disana. Disalah satu jejaring sosial tempatku bermain. Dan kau tahu, saya menemukan ini:
Kau telah berjalan jauh dariku, terlalu jauh untuk kugapai kembali. Tak apalah, karna kau memang telah menjadi satu dari sekian besar kenangan dimasa indah.